Di Indonesia, kata "Ustadz" sangat populer di kalangan kaum Muslim.
Tapi taukah anda bahwa kata "ustadz" bukan berasal dari bahasa Arab ?
Taukah anda bahwa kata "ustadz" juga sudah ada dan digunakan lama sebelum Islam turun di tanah Arab ?
Kata "ustadz" sebenarnnya bukan berasal dari bahasa Arab. Ia adalah
kata 'ajami (non-Arab) persisnya bahasa Parsi / Farisi / Persia
(sekarang wilayah negara Iran) yang kemudian dijadikan serapan ke dalam
bahasa Arab (muarrob).
Asal kata dari ustadz (ﺃﺳﺘﺎﺫ) adalah ustad.
Dalam kamus Al-Mu'jamul Wasith (ﺍﻟﻤﻌﺠﻢ ﺍﻟﻮﺳﻴﻂ) kata ustadz memiliki beberapa makna :
ﺍﻷﺳﺘﺎﺫ - ﺃﺳﺘﺎﺫ:
ﺍﻷﺳﺘﺎﺫ : ﺍﻟﻤﻌﻠﻢ .
ﻭ ﺍﻷﺳﺘﺎﺫ ﺍﻟﻤﺎﻫﺮ ﻓﻲ ﺍﻟﺼﻨﺎﻋﺔ ﻳﻌﻠﻤﻬﺎ ﻏﻴﺮﻩ .
ﻭ ﺍﻷﺳﺘﺎﺫ ﻟﻘﺐ ﻋﻠﻤﻲ ﻋﺎﻝ ﻓﻲ ﺍﻟﺠﺎﻣﻌﺔ . ﻭﺍﻟﺠﻤﻊ : ﺃﺳﺎﺗﺬﺓ ، ﻭﺃﺳﺎﺗﻴﺬ
1. Guru / Pengajar
2. Orang yang ahli dalam suatu bidang industri dan mengajarkan pada yang lain.
3. Gelar akademis level tinggi di universitas.
Kata jamaknya adalah asatidzah dan asatiidz.
Pengertian lain dari kata ustadz adalah orang yang sangat ahli dalam suatu bidang.
Menurut pengertian ini, maka seseorang tidak
pantas disebut Ustadz kecuali apabila dia memiliki keahlian dari 18 atau 12 ilmu atau bidang studi.
Dalam sastra Arab seperti ilmu nahwu, shorof, bayan, badi', ma'ani, adab, mantiq, kalam, perilaku, ushul fiqih, tafsir. hadits.
Konon, orang Islam pertama yang mendapat gelar ustadz adalah Kafur Al Ikhsyidi Al Isfirayini.
Di negara Arab sendiri , istilah ustadz merujuk pada dosen / ahli /
akademisi / imuwan yang memiliki keahlian di bidang tertentu.
Seperti pakar tafsir dikatakan ﺍﻷﺳﺘﺎﺫ ﻓﻲ ﺍﻟﺘﻔﺴﻴﺮ
Sedang di Indonesia, kata ustadz merujuk pada banyak istilah yang
terkait dengan orang yang memiliki kemampuan ilmu agama Islam dan
bersikap serta berpakaian layaknya orang alim.
Baik kemampuan
riil yang dimilikinya sedikit atau banyak. Orang yang disebut ustadz
antara lain: da'i, mubaligh, penceramah, guru ngaji, guru madrasah, guru
ngaji kitab di pesantren, pengasuh / pimpinan pondok pesantren
(biasanya
pesantren modern).
Kata "ustad" (tanpa huruf 'z')
juga cukup populer di India, Pakistan dan Bangladesh (dulu bernama
Hindustan), namun dengan konotasi makna yang berbeda.
Di ketiga
negara tersebut, ustad lebih dikenal sebagai master / maestro, yaitu
orang yang memiliki keahlian khusus tertentu terutama di bidang seni.
Baik seni sastra atau musik. Dan umumnya beragama Islam sedang yang
Hindu biasanya disebut "Pandit" (pundit).
Tidak semua pemusik dapat kehormatan mendapat julukan ustad.
Beberapa seniman yang mendapat julukan ustad di India dan Pakistan
antara lain: Ustad Salamat Ali Khan, Ustad Nusrat Fateh Ali Khan, Ustad
Talib Hussain Pakhawaji, Ustad Muhammad Hussain Alvi, Ustad Tafo Khan,
dll.
Dr. Ali Jasim Salman dalam kitab Mausuah al- Akhta'
al-Lughawiyah as-Syai'ah ( ﻣﻮﺳﻮﻋﺔ ﺍﻷﺧﻄﺎﺀ ﺍﻟﻠﻐﻮﻳﺔ ﺍﻟﺸﺎﺋﻌﺔ) menguraikan
sebagai berikut:
Kata ustadz (ﺃﺳﺘﺎﺫ) berasal dari bahasa Persia lama yang dalam bahasa aslinya ditulis istad (Persia, ﺇﺳﺘﺎﺩ).
Dari segi arti ia mendekati kata khwaja (ﺧﻮﺍﺟﺔ) sebuah kata bahasa Parsi yang bermakna pengajar /
guru, tuan, atau orang tua.
Menurut suatu pendapat, asal penyebutan "ustadz" berasal dari kisah
sejarah di mana kalangan elit suatu komunitas tertentu (pra Islam)
mendidik anak-anak mereka secara private dengan mendatangkan para
pengajar ke istana mereka.
Ketika mereka kuatir akan istri istri mereka takut berselingkuh dengan para guru private ini, maka
mereka mengebiri guru privat tersebut supaya hati mereka tenang saat para guru itu memasuki rumah
mereka. Orang yang dikebiri dalam bahasa kaum tersebut adalah 'ustadz'.
Seiring berjalannya waktu, maka setiap guru diberi julukan sebagai
orang yang dikebiri. Saat praktik itu tidak terjadi lagi saat ini, maka
julukan 'ustadz' lah yang dipakai
saat ini.
Namun Al
Khaffaji dalam Shifa al Ghalil fima fi Kalam al Arab min ad Adakhil
tidak sependapat dengan asumsi di atas. Ia menyatakan:
Kata ustadz
dengan makna "orang yang dikebiri" tidak ada dalam kosakata para ahli
bahasa maupun kalangan awam di era pra Islam. Karena ustadz mengajar
anak kecil dengan gaji tinggi.
Kata ustadz tidak terdapat dalam
syair Jahili (era pra Islam) dan bukanlah bahasa Arab. Ia berasal dari
bahasa Persia. Semua huruf dalam ustadz adalah bentuk asal. Seandainya
ia berasal dari bahasa Arab, niscaya huruf asalnya adalah astadza
( ﺃﺳﺘـﺬ) ikut wazan fu'lal ( ﻓﻌﻼﻝ ) bukan dari satadza
( ﺳﺘـﺬ ). Apabila tidak, niscaya ia ikut wazan af'al
(ﺃﻓﻌﺎﻻ). Ini tidak ada dalam bahasa Arab.
Penduduk Irak (yang berbahasa Arab) memakainya karena hubungan mereka
dengan bangsa Parsi. Lalu mereka pindah ke Teluk dan Suriah lalu ke
belahan negara Arab yang lain.
Istilah ustadz lalu dimaknai secara umum sebagai profesi tenaga ahli seperti ahli hukum, pengacara di
pengadilan di mana profesi ini setingkat dengan level pengajar di perguruan tinggi.
Kata ustadz tidak ada bentuk muannats (bentuk perempuan) karena ia
bukan sifat. Jadi, yang benar adalah kata ustadz dipakai untuk laki-laki
dan perempuan. (di Indonesia ustadz perempuan dipanggil ustazah, itu
sebenarnya keliru)
Muhammad Al-Murtadha Az-Zubaidi dalam kitab Tajul Arus min Jawahiril Qamus menyatakan:
Guru kami menjelaskan tentang kata ustadz. Kata ini berasal dari kata
yang populer yang harus dijelaskan walaupun ia bukan berasal dari bahasa
Arab. Huruf hamzah yang menjadi asal telah membuat penulis buku
As-Syihab Al-Fayyumi memasukkannya dalam daftar huruf hamza. Ia
mengatakan, ustadz adalah kata non-Arab, maknanya adalah orang yang ahli
di bidang tertentu.
Menurut Al-Hafidz Abul Khattab bin Dihya dalam kitab Al-Muttarib fi Ash'ari Ahlil Maghrib demikian:
Ustadz bukan kata bahasa Arab dan tidak terdapat di syair Jahiliyah. Masyarakat awam memakai kata
ini apabila mereka mengagungkan orang yang disuka mereka menyebutnya
dengan ustadz, seperti orang yang ahli dengan pekerjaannya. Karena
ketika dia mendidik anak-anak maka seakan akan dia seorang ustadz karena
kebaikan perilakunya.